Sabtu, 29 Maret 2008

Kekerasan Dalam Pacaran

Atas nama cinta, terkadang remaja seusia kita nggak sadar kalau sebenarnya pernah menjadi korban kekerasan dalam pacaran (KDP). Apa sih sebetulnya KDP itu? Yuk…kenali KDP dan cari tahu, mungkinkah kamu pernah jadi korbannya?

KEKERASAN dalam pacaran. Wuiiiihhhh… serem banget ya dengernya. But itulah realita yang sebenarnya banyak terjadi di kalangan remaja, tapi nggak ke-expose. Kurangnya informasi ditambah rasa malu mengetahui dirinya pernah menjadi korban, membuat si korban berpikir dua kali untuk mengakuinya. Mungkin banyak dari kita yang berpikir kalo yang namanya pacaran itu always enak dijalanin. Tapi nggak banyak dari kita yang tahu ‘n menyadari kalo’ dalam berpacaran juga bisa terjadi kekerasan. Yupz, selama ini mungkin hanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang jadi fokus perhatian. Nggak banyak lho yang tahu terutama kita kalangan remaja kalo’ ada yang namanya KDRT versi remaja. Padahal KDP atau yang juga dikenal dengan istilah dating violence itu lagi anget-angetnya sekarang. Siapa bilang dalam berpacaran paling banter cuma ribut-ribut doank, karena katanya nich masa pacaran adalah masa yang penuh ama hal-hal yang indah. Setiap hari diwarnai ama manisnya tingkah laku and kata-kata sang pujaan hati. Padahal banyak yang nggak nyadar kalau udah jadi korban KDP. Mirisnya, yang jadi korban kebanyakan kaum cewek. Wellbuddy, KDP itu sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu kekerasan fisik, emosional, psikologis atau psikis, dan kekerasan seksual. Kekerasan fisik, seperti memukul, menjambak rambut, mencekik, menganiaya, menyundut dengan rokok, dan yang lebih tragis, membunuh. Kekerasan emosional, psikologis atau psikis seperti cacian, makian, umpatan, hinaan, olok-olok, cemburu berlebihan, membatasi aktivitas, larangan bersosialisasi, dan pemerasan. Meskipun bentuk kekerasan psikis ini kadang tidak terlalu tampak, tetapi dampaknya bisa dilihat dari kondisi psikis pasangan yang menjadi korban. Terakhir, kekerasan seksual, seperti rabaan/sentuhan tidak aman dan tidak nyaman, pelecehan seksual, hingga pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual dan pemerkosaan, sampe-sampe si cewek hamil dan ujung-ujungnya putus sekolah. Nah, sekarang coba kamu inget-inget lagi deh. Pernah nggak pacar kamu melakukan kekerasan fisik ke kamu? Atau terlalu posesif sampe-sampe marah kalo’ liat kamu ngobrol ama temen cowok kamu? Or jangan-jangan cowok kamu juga selalu minta dibayarin tiap kali kalian nge-date atau nonton? Sekali dua kali sih nggak masalah, tapi kalo’ terus-terusan kamu yang bayar, sementara uang kamu sendiri pas-pasan, apa nggak pemerasan secara halus tuch namanya? Soal kekerasan psikis tadi, nich ada temen kita yang ngaku udah kapok banget ngalaminnya. “Nggak lagi dech!!! Kapok euy. Dulu emang pernah ngerasa di intimidasi ma cowok aku, mungkin itu gara-gara dia cinta banget kali ya ma aku. Tapi, swear, aku kapok banget,” kata Lusia, siswi SMA Karya Sakti Palembang. Mungkin nggak sedikit dari kamu yang punya anggepan yang sama ama temen kita Lusia barusan. Yuppie, kalau lagi jatuh cinta, kamu pasti ngerasa apa yang diperbuat ama cowok or cewek kita, semuanya berlandaskan yang namanya cinta. Tapi, apapun alesannya, yang namanya pelanggaran hukum, sekecil apapun harus diberi sanksi sesuai ketentuan. So, segede apapun rasa cinta kita ama pacar kita, jangan sampe kita ngebiarin pacar kita semena-mena, soalnya yang namanya kekerasan adalah sesuatu yang melanggar hukum, and nggak boleh sampe membudaya. Eps




walopun termasuk dalam kekerasan terhadap perempuan, sebenarnya kekerasan ini tidak hanya dialami oleh cewek, cowok pun ada yang ngalemin kekerasan yang dilakukan ama pacarnya. Tetapi cewek kayaknya lebih mendominasi dech, soalnya pada dasarnya kekerasan ini terjadi karena adanya ketimpangan kekuasaan jender yang dianut ama masyarakat luas..
Kekerasan kayak gini biasanya terdiri dari
Salah satu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dari 77 remaja sekolah menengah yang mennggaku mengalami kekerasan saat sedang berpacaran, 66% dari mereka mennggaku bahwa selain mengalami kekerasan, mereka juga melakukan kekerasan itu sendiri pada pasangan mereka (mutually violent relationship). remaja tersebut juga dilaporkan mengalami kekerasan berat, sehingga menderita luka-luka. Luka-luka yang mereka derita tampak lebih parah daripada remaja yang hanya menjadi korban kekerasan. Mereka pun lebih bisa “menerima” perlakuan tersebut, dibandingkan dengan remaja yang hanya sebagai korban (google).
Kasus yang nampak cuma kasus-kasus yang dilaporkan ato tanpa sengaja terbukti dan diketahui. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang tampak berupa fenomena gunung es (iceberg), dimana kasus sebenarnya masih jauh lebih besar lagi, namun banyak hal yang ngebuatnya ga ke-ekspose. Salah satunya adalah karena tidak dilaporkan.
“nggak lagi dech!!! Kapok euy. Dulu sich emang pernah ngerasa di intimisdasi ma cowok aku, tapi mungkin itu gara-gara dia cinta kali ya ma aku” kata lusia, siswi SMA Karya Sakti, nach, mungkin nggak sedikit dari kamu yang punya anggapan yang sama ama temen kita lusia barusan. Yuppie, kamu pasti ngerasa apa yang di perbuat ama cowok ato cewek kita, semua itu berlandaskan yang namanya cinta. Tapi, apapun alesannya, yang namanya pelanggaran hukum, walaupun sekecil apapun harus diberi sanksi sesuai ketentuan.
So, segede apapun rasa cinta kita ama pacar kita, jangan ampe kita ngebiarin pacar kita semena-mena, soalnya yang namannya kekerasan adalah sesuatu yang melanggar hukum, and nggak boleh ampe membudaya. Eps