Kamis, 17 Juli 2008

Deureanopia ku = kutukan????? Mungkinlah,,,,,,

Aku adalah seorang anak manusia biasa yang di besarkan dengan cara biasa pula,,, banyak hal yang kulakukan dan teman-temanku juga melakukannya,
Banyak sesuatu yang ku makan dan teman-temanku juga memakannya. Intinya merasa kalo kalo aku tak ada bedanya dengan teman-temanku dulu.
Tapi ada yang janggal dengan ku, dari kecil teman-teman sering bersorak-sorak ria dan girang bukan maen kalo ngeliat yang namanya pelangi.kalo kutanya satu-satu, mereka ngejawab pelangi adalah sesuatu yang menarik karena warnanya yang warna-warni. Tapi tidak dengan aku…… Dari kecil hingga sekarang, aku hanya bisa melihat pelangi itu dengan warna kuning. Jadi intinya pelangi itu tak menarik bagiku karena warnanya yang Cuma kuning.
Tak hanya itu, aku yang dari SD yang bisa dibilang selalu dapat nilai bagus kalo ngegambar, tapi guru kesenian ku selalumempermasalhkan warna pada gambarku. Kata guruku warna ayng ku berikan pada gambaranku tak sesuai dengan warna asli, jadi setiap pelajaran kesenian aku selalu jadi bahan olokkan dan cemoohan teman teman. Contohnya gini, guruku berkata “liat si epan, masa’ padi dikasih warna cokelat. Gunung di kasih warna hitam. Langit dikasih warna ungu.” Dan masih banyak yang lainnya.
Dan hal-hal seperti itu terus berlanjut ke SMP, dimana ketika aku dan teman-temanku pulang sekolah, mereka terus menunjuk benda-bendi di sekitar komplek SMP kami beserta warna-warnanya, dan ketika mereka menanyaiku akan warna-warna tersebut, aku hanya tampak konyol di hadapan mereka.
Dan hingga SMA hal yang ku takutkan pun terjadi. Di sebuah toko buku di mall di kota kami, temanku memperlihatkan sebuah buku dengan judul “Blind Colours Test” kalo gak salah, dan kami membacanya bersama-sama, ebenarnya lebih bisa dibilang kami melihatnya bersama-sama, karena di dala buku tersebut banyak lingkaran-lingkaran dengan banyak warna yang entah apa itu, dan di petunjuk buku itu kami diminta untk menyebutkan angka-angka yang ada di dalam kotak tersebut.
Dan seperti kata ku tadi, hal yang ku takutkan pun terjadi. Aku tak bisa melihat semua angka yang ada di dalam kotak tersebut. Danketika sekolah kami kedatangan mahasiswa kedokteran dari sebuah universitas negeri. Dan dimana kami dapat pelayan tes gratis, termasuk buta warna. Dan aku dinyatakan “positif buta warna Deuteranopia”.
yang ku tau, Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelinan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosm X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. seoronga wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurukan faktor buta warna kepada anaknya kelak.

Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna

Buta warna umumnya disebabkan karena keturunan. Penyebab lainnya adalah kerusakan syaraf mata karena kecelakaan atau bawaan lahir. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk dichromacy protanopia dan deuteranopia.
alah, ta'i!!!!!
Dan aku menganggap hal itu Cuma sesuatu yang gak perlu dipermasalhkan, dan aku akhirnya harus merubah anggapan ku itu ketika dimana aku Lulus sekolah. Aku harus menelan pil pahit ketika beberapa fakultas ataupun jurusan tidak diperkenankan untuk seorang penderita buta warna. Aku malah sempet drop, aku berfikir menjadi seorang deuteranopia bukanlah keinginanku ataupun merek-mereka yang mengidapnya.
Kami seperti haram menginjak kedokeran, kepolisian, akper, teknik, dan masih banyak hal lainnya.
Aku tak tau harus menyebut deuteranopia ini sebagai kutukan, beban, ataupun borok. Yang jelas kenangan pahit menjadi deuteranpia akan kusimpan rapih di otakku dan kutaruh di bagian ‘siapa peduli’. Yang jelas life most go on. Ku meti survive ngadepinnya………