Sabtu, 15 Maret 2008

Televisi, ‘teman apa teman’

Masa remaja adalah masa yang rentan, dimana banyak faktor baik intern atopun eksrtern yang dapat memacu kenakalan remaja yang dah kayak penyakit turunan yang susah banget dibasmi, sobat gesit pada tau gak kalo ternyata televisi ternyata menjadi faktor yang dapat memacu remaja pada arah negatif. Lho,,, kok iso??? Nach,,, laput gesit edisi kali ini bakal ngupas hal tersebut. Disimak yau…
Yupz, ketika televisi memainkan peran yang terbesar dalam menyajikan informasi-informasi yang dibutuhkan setiap remaja, seharusnya televisi menjadi sarana penghubung antara remaja dengan dunia. tetapi sekarang ini, acara yang ditayangkan pun tidak lagi menomor-satukan unsur edukasi.
Bisa dilihat dari rentetan acara pada puluhan stasiun televisi yang mengudara 1 x 24jam, banyak sekali tayangan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar kaca. Hal ini disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang ditampilkan.
Gak hanya itu doing, dengan penayangan acara yang blak-blakan, televisi memberikan suatu realitas kehidupan yang carut marut, dimana remaja ‘dipaksa’ untuk meresapi tayangan televisi secara berlebihan.
Sebenernya, produksi acara televisi sendiri secara ideal tentu gak dibuat dengan asal-asalan, banyak hal yang mestinya always diperhitungkan secara teknis, misalnya tema, muatan, pesan, kemasan, dan jam tayang. Nah,,,Pilihan-pilihan yang gak tepat seputar hal teknis tersebut bakal membuat progran ngalamin yang namanya distorsi (pemutar balikkan fakta) dikemudian hari.
Neil Postman dalam bukunya "The Disappearance of Childhood" (Lenyapnya Masa Kanak-Kanak), menulis bahwa sejak tahun 1950, televisi di Amerika telah menyiarkan program-program yang seragam dan anak-anak, sama seperti anggota masyarakat lainnya, menjadi korban gelombang visual yang ditunjukkan televisi. Dengan menekankan bahwa televisi telah memusnahkan dinding pemisah antara dunia kanak-kanak dan dunia orang dewasa, Neil Postman menyebutkan tiga karakteristik televisi .Pertama, pesan media ini dapat sampai kepada pemirsanya tanpa memerlukan bimbingan atau petunjuk. Kedua, pesan itu sampai tanpa memerlukan pemikiran. Ketiga, televisi tidak memberikan pemisahan bagi para pemirsanya, artinya siapa saja dapat menyaksikan siaran televisi (google).
Sedangkan penelitian lain mengenai pengaruh televisi terhadap IQ anak mendapati hasil bahwa anak di bawah 3 tahun yang rajin menonton televisi setiap jamnya, ternyata hasil uji membacanya turun, uji membaca komprehensif turun, juga memori. Yang positif hanyalah kemampuan mengenal dengan membaca naik. Dari situ disimpulkan bahwa menonton televisihanya membawa lebih banyak dampak buruk dibanding efek baiknya.
disini juga kita gak bisa salahkan televisi itu sendiri, melainkan bagaimana peran orang tua untuk mendampingi seorang anak dalam memberikan proses pembelajaran. yang jelas setiap sesuatu memiliki dampat negatif dan juga positif, tinggal bagaimana kita mampu untuk menyaring itu semua.
Sebagai remaja, seharusnya kita jangan menjadi ‘pelahap’ acara televisi yang always mantengin acara-acara yang ada, kita mesti membuat filter buat nyaring apa-apa aja yang kita liat, and yang terpenting kita kudu inget ama tugas awal kita, yaitu belajar. Eps

1 komentar:

hantu mengatakan...

hahaha namo kok EVAN BIADAB

Galak po dipanggil BIADAB